Senin, 02 Agustus 2010

Toser Andal dari Andalan

Andi Chaerul Asrul Fawzy, lahir di Sengkang pada tanggal 15 September 1996. Sejak kecil, sering dipanggil Andi Asrul. Andi Asrul memasuki bangku sekolah di Taman Kanak-kanak, tepatnya TK BLK Makassar pada tahun 2002. Karena mengikuti kedua orang tua, Andi Asrul pulang kampung dan memasuki bangku sekolah dasar, yaitu SDN 305 Walanga, selesai tahun 2008.

Sejak sang ayah mendapat tugas baru di SMP Negeri 4 Tanasitolo selaku kepala sekolah, akhirnya Andi Asrul pun hijrah ke Sengkang bersama keluarga. Setelah lulus SD, Andi Asrul pun melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Tanasitolo. Bersekolah di tempat yang dipimpin langsung oleh sang ayah, tidak membuat Andi Asrul besar kepala dan sombong, melainkan semakin membuka diri untuk bergaul memperbanyak teman. Bahkan, semua siswa pun merasa senang bisa berteman dengan Andi Asrul.

Berbagai kegiatan ekstrakurikuler telah dijalani, mulai dari vokal grup, Pramuka, dan gerak jalan. Pada perjalanan selanjutnya, Andi Asrul aktif dalam kegiatan olahraga, khususnya Bola Volly. Baik pembina maupun siswa, semuanya melihat kalau Andi Asrul memiliki bakat main Volly hingga mendapat kepercayaan sebagai toser.
Pertumbuhan badan yang terlihat atletis, meskipun sedikit gemuk membawa Andi Asrul terpilih sebagai anggota Paskibra Tingkat Kecamatan Tanasitolo pada tahun 2009. Andi Asrul merasa bersyukur dan bangga mendapat kesempatan mendapat latihan fisik dan mental.

Berbagai kegiatan yang diikuti tidak membuat surut pada kegiatan Volly. Bahkan semakin termotivasi untuk giat berlatih Volly. Pada akhirnya, tahun 2010 aku terpilih sebagai bagian dari Tim Volly Tingkat Kabupaten Wajo. Saya pun dengan teman-teman dari beberapa sekolah giat berlatih apalagi kami mewakili Kabupaten Wajo dalam event Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengalaman yang paling berkesan bagi Andi Asrul selama mengenyam pendidikan di SMP adalah ketika dinyatakan tidak lulus sebagai Penggalang Ramu pada Sidang Dewan Kehormatan Gerakan Pramuka SMP Negeri 4 Tanasitolo. Namun kenyataan itu diterima dengan lapang dada dan tidak menyurutkan niat untuk tetap mengikuti pelatihan Pramuka, hingga akhirnya dinyatakan lulus enam bulan kemudian. Kasus tersebut justru menjadi pelajaran bagi semua siswa bahwa pembina tidak membeda-bedakan status siswa.

(Fitri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar